Warga Desa Rano B menyatakan kesiapannya untuk menggelar Festival Rano Balaesang. Satu hari menjelang pembukaan festival tersebut, Kepala Desa Rano B Samin saat ditemui Jum’at (28/02/2020) di arena festival di lapangan sepak bola Desa Rano B mengungkapkan bahwa seluruh warga, perangkat desa, pemangku adat dan tokoh masyarakat jauh-jauh hari telah mempersiapkan segala keperluan dan kesiapan pelaksanaan kegiatan festival ini.
“Seluruh hal yang berkaitan dengan persiapan kegiatan Festival Rano Balaesang telah dirampungkan. Mulai dari penyiapan arena festival, pembangunan dermaga di tepi danau untuk upacara adat Mopalit Rano telah rampung dan siap dipergunakan” ungkap Samin.
Produk komoditas tanaman pertanian dan perkebunan masyarakat lokal yang akan dipamerkan telah dipersiapkan oleh masyarakat. Komoditas tersebut adalah padi ladang, kopi khas Rano, buah-buahan, cengkeh, dan komoditas unggulan lainnya. Demikian pula dengan ikan hasil tangkapan nelayan danau Rano juga menjadi satu komoditas unggulan yang akan dpamerkan. Selain itu beberapa produk hasil olahan kerajinan tangan dan kuliner lokal telah siap untuk dipromosikan.
Ditemui di tempat yang sama, manager kampanye WALHI Sulawesi Tengah Khairul Syahputra Laadjim selaku ketua panitia menjelaskan bahwa kegiatan Festival Rano Balaesang merupakan kesempatan bagi To Balaesan khususnya masyarakat Desa Rano B untuk memperkenalkan kearifan tradisionalnya dalam mengelola sumber daya alamnya secara adil, lestari dan berkelanjutan. Sehingga diharapkan wilayah kelola rakyat di Desa Rano B mendapatkan perlindungan dari pemerintah.
Lebih lanjut kader Green Student Movement (GSM) WALHI ini menjelaskan bahwa besok pagi kegiatan Festival Rano Balaesang rencananya akan dibuka secara resmi oleh Direktur Eksekutif Nasional WALHI Nurhidayati.
“Kegiatan ini akan berlangsung selama dua hari, dari tanggal 29 Februari sampai 01 Maret 2029 dan diperkirakan akan dihadiri oleh 150 orang peserta yang berasal dari luar warga Desa Rano B. Para peserta merupakan perwakilan unsur Organisasi Perangkat Daerah terkait, baik itu Pemerintah Kabupaten Donggala maupun Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah. Selain itu kawan-kawan organisasi masyarakat sipil anggota jaringan dan organisasi mitra WALHI Sulawesi Tengah” ungkap Irul sapaan akrabnya.
Irul menambahkan bahwa usai pembukaan di hari pertama pada siang sebagai rangkaian kegiatan festival ini akan dilaksanakan dua kegiatan secara paralel. Dua kegiatan tersebut adalah Workshop Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat dan Focus Group Discussion (FGD) bertema Perlindungan Tata Kelola Ruang Desa Ekologis Dari Ancaman Industri Ekstraktif. Kemudian pada sore hingga malam kegiatan akan diisi dengan pementasan seni dari masyarakat Desa Rano B dan kelompok seniman lokal Sulawesi Tengah seperti Sanggar Seni Kakula Universitas Tadulako dan seniman lainnya.
“Dihari kedua akan dilaksanakan upacara adat Mompalit Rano yaitu ritual upacara adat mengelilingi danau dengan menggunakan perahu. Malam harinya kembali diisi dengan pementasan seni. Salah satu yang akan tampil di hari kedua adalah seniman music reggae Pallo” kata Irul menambahkan.
Kegiatan Festival Rano Balaesang yang digagas warga Desa Rano B bersama WALHI Sulawesi Tengah ini didukung oleh YAPPIKA Action Aid, American Jewish World Service (AJWS) serta Swedish Society for Nature Conservation.