Rabu, 25 Desember 2024, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Tengah melangsungkan kegiatan pertemuan sekaligus pembentukan perempuan pembela hutan hujan yang dilangsungkan di Bahodopi, Kabupaten Morowali.
Dalam agenda tersebut melibatkan berbagai komunitas perempuan dari berbagai desa, seperti komunitas perempuan desa Ambunu, Topogaro, Towara, Laroue dan desa Tompira serta beberapa dari perwakilan serikat pekerja seperti Serikat Pekerja Industri Morowali (SPIM), Serikat Buruh Industri Pertambangan dan Energi (SBIPE), Serikat Pekerja Indonesia Sejahtera (SPIS) dan beberapa serikat pekerja lainnya dengan total secara keseluruhan sekian perempuan dan sekian laki-laki.
Pertemuan tersebut di awali dengan agenda diskusi publik yang bertemakan “Mendorong Perlindungan Pekerja Perempuan dan Pembela HAM di Sektor Lingkungan Sulawesi Tengah”. Dalam diskusi yang berlangsung, setiap perwakilan diberikan kesempatan untuk menyampaikan perihal dampak dari industri pertambangan nikel bagi perempuan di lingkar industri pertambangan nikel maupun dampak bagi pekerja perempuan dalam industri pengelolaan nikel.
Dalam kesempatannya beberapa perwakilan salah satunya Raifiana dari Forum Desa Ambunu Bersatu menyampaikan “Kami sebagai Masyarakat bukan hanya merasakan dampak debu, polusi, tapi juga tanah kami dan ruang kehidupan kami bahkan identititas kami sebegai Perempuan. Harus kita sadari bahwa Ketika perusahaan masuk pasti akan membawa begtiu banyak masalah, Contohnya penguasaan jalan tani oleh perusahan yang menjadi persoalan sehingga Masyarakat melakukan aksi blockade jalan. Kami sebagai Masyarakat menganggap bahwa itu adalah hak kami, sehingga beberapa Upaya telah kami lakukan mulai dari aksi blockade, RDP dengan pemerintah. Meskipun pada akhirnya belum mendpatkan hasil yang sesuai dengan keinginan kami. Bahkan beberapa kawan kami dikiriminalisasi termasuk saya yang dilaporkan ke pihak polda Sulawesi Tengah.”
Dalam kesempatan yang sama Ibu Nurliani menyampaikan “Secara umum dampak tambang nikel yang ada di desa Towara adalah krisis air bersih selama tahun 2023. Saya beli per/ember nya 80.000/perhari. Krisis air bersih di akibatkan dari pembangunan jalan houling oleh PT. Kenz Ventura dan Bumanik sehingga kami menduga itulah yang membuat sumber mata air air warga desa towara tecemar hingga saat ini.”
Demikian juga yang disampaikan Ibu Yuniar dari desa Tompira Dulu warga sangat sejahtera sebelum ada tambang pasir, setelah masuk dan beraktivitasnya tambang pasir membuat kami sebagai nelayan meti semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari hingga beberapa masyarakat disana sekarang sudah menjadi pengganguran karean tidak dapat lagi mendapatkan hasil seperti dulu, kami menganggap ini adalah akibat dari tambang pasir yang beraktivitas mengeruk pasir di Sungai Laa.
Tidak berbeda jauh dengan masalah yang dialami oleh perempuan yang bekerja didalam kawasan industri nikel, Ramiati selaku pekerja perempuan di klinik IMIP turut menyampaikan “beberapa masalah yang dialaminya sebagai perempuan. Misalnya “ masalah jam kerja berlebihan yang tidak sesuai dengan upah, fasilitas kesehatan yang masih kurang memadai, hingga hak-hak pekerja perempuan lainnya seperti belum diberlakukannya cuti haid, dan lain-lain.”
Berangkat dari situasi yang di jabarkan dari setiap perwakilan diatas, bersepakat untuk lanjut pada sesi Focus Group Discussion (FGD). Dalam sesi ini semua perwakilan membentuk kelompok masing-masing, bertukar informasi hingga merumuskan rencana tindak lanjut bersama yang akan dikerjakan kedepan. Sebelumnya dalam agenda tersebut menyepakati secara bersama pentingnya membentuk sebuah forum bersama sebagai wadah untuk bertukar informasi juga sebagai upaya untuk mendorong perlindungan pekerja perempuan dan pembela HAM disektor lingkungan, sehinggah disepakati satu forum yang bernama Solidaritas Rakyat (SORAK) yang di koordinatori masing masing 1 orang dari setiap Desa. Hingga pada akhir sesi disepakati bahwa yang menjadi rencana tindak lanjut dari agenda ini adalah Kampanye bersama dan kolaborasi, pendidikan Perempuan, pendidikan peningkatan kapasitas buruh dan rakyat, Pendidikan bersama, merespon momentum bersama.
Pada subtansinya agenda ini dilaksanakan bertujuan untuk memperkuat gerakan rakyat khususnya pekerja perempuan dan perempuan pembela HAM disektor lingkungan yang ada ditingkat tapak guna menyelamatkan lingkungan dari gempuran ekpansi tambang nikel. Sebab, Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Sulawesi Tengah menilai di tengah masifnya gempuran tambang nikel yang mengakibatkan kerusakan lingkungan hingga perampasan ruang hidup rakyat di tingkat tapak perlu adanya gerakan massa yang solid dan terorganisasikan dimulai dari pembentukan komunitas ditingkatan tapak hingga pembangunan aliansi bersama sebagai tempat berhimpun.