Cerita Penyintas Petani Garam Talise Bertahan Ditengah Hempitan Ekonomi Pasca Bencana

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.

Pasca bencana Gempa Bumi, Tsunami dan likuifaksi yang terjadi pada tanggal 28 September 2018 di wilayah Palu, Sigi dan Donggala serta disusulnya Pandemi covid 19 berdampak besar secara nyata pada seluruh aspek kehidupan masyarakat baik secara sosial, ekonomi dan lingkungan.
Salah satu dampak yang dirasakan oleh petani garam di Kelurahan Talise, yakni hilangnya mata pencaharian yang berakibat pada berkurangnya pendapatan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga.

Hingga saat ini Kelompok Penyintas Petani Garam Talise terus memproduksi garam grosokan dengan peralatan sederhana dan dijual untuk kebutuhan pupuk serta konsumsi makanan dengan harga yang sangat murah. Untuk Kebutuhan pupuk di jual dengan harga 10 ribu rupiah per kilogram dan untuk kebutuhan konsumsi makanan dijual dengan harga 15 ribu rupiah per kilogram.

Pengembangan produk turunan seperti garam siap saji menjadi terobosan yang dilakukan oleh Kelompok Penyintas “Gara Ina Talise” guna membantu penghidupan serta pendapatan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Saat ini Petani Garam Talise mengalami berbagai banyak masalah, mulai dari ketidakpastian hunian tetap, penertiban lapak penjualan garam dan ketidakpastian keberlanjutan bertani garam karena pembangunan tanggul Teluk Palu dan potensi pencemaran lingkungan dari aktivitas pertambangan PT Citra Palu Mineral.

Untuk mendukung hal ini diperlukan perhatian serius dari berbagai pihak salah satunya, pemerintah daerah melalui dinas-dinas terkait.

Silahkan nonton Film”Cerita Petani Garam” dengan klik link ini : https://youtu.be/rkC2dEf60YE

 

Facebook
Twitter

Tinggalkan Komentar Anda :