Mengukir Juang Di “Green Student Movement”, Menggapai Lestari Untuk Bumi Sulteng

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.

Tepat tanggal 20 Juni 2020, tiga orang pemuda progresif berasal dari Kabupaten yang berada di ujung timur Sulawesi yaitu Banggai. Berangkat menuju ibu kota Propinsi Sulawesi Tengah (Palu). menempuh sekitar kurang lebih 600 kilometer, dengan menaiki mobil rental dan melewati empat Kabupaten, yaitu Kabupaten Tojo Una-una, Poso, Parigi Mautong, dan Donggala. ke tiga pemuda tersebut, tiba dengan selamat menginjakkan kakinya di tanah Tadulako pada tanggal 21 juni 2021.

Kedatangan kami, saya (Sam) bersama ke dua kawanku Firman Lapi dan Hakim Tulus, tidak lain yaitu untuk menambah wawasan dan berdiskusi terkait isu- isu lingkungan, yang dikemas dalam bentuk sekolah alam Green Student Movemen (GSM) yang diselenggarakan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulteng. Agenda pelatihannya terhitung mulai tanggal 22 sampai 25 Juni 2021. Karna kegiatan ini bertema lingkungan, panitia pun memilih melaksanakan GSM ini secara out door, sekolah alam kamalisi di desa daenggune kabupaten sigi.

Selama kegiatan, GSM memberikan banyak hal baru, yang saya dapatkan. Mulai dari bicara konflik Agraria dan Ham, konflik pertambangan, kesetaraan jender, metode investigasi, pengorganisiran massa, dan tentunya persoalan lingkungan hidup. Suasana alam pun mendukung, bagaikan menyatu dengan semesta, sehingga dalam pasokan materi benar-benar dicerna oleh proses berpikir.

Memang benar, semua yang terjadi di kolong langit ini adalah urusan setiap orang yang berfikir. Manusia yang di anugrahkan pikiran, harus mampu menjaga keseimbangan alam semesta ini, jangan sampai kerusakan yang terjadi di bumi ini, malah di akibatkan oleh tangan manusia itu sendiri.

Lingkungan hidup menjadi faktor utama dalam roda kehidupan. Pembabatan hutan, penguasaan tanah berskala besar oleh koorporasi, membuat lingkungan hidup terancam kelestariannya. Belum lagi limbah-limbah pabrik yang menggerogoti setiap anatomi tubuh manusia menjadi sekarat. Itu semua membuat lingkungan hidup terasa asing dan jauh dari mahluk di bumi ini.

Selain membedah ilmu pengetahuan, ada hal menarik dan berkesan pada saat GSM berlangsung. Banyak cerita lucu dan unik menyertai hari-hari di Dusun tiga Desa Daenggune Kabupaten Sigi. Berbagai macam karakter, dialek dan latar belakang dari perwakilan peserta setiap daerah yang ada di Sulawesi Tengah. Keberagaman itu menjadi satu dalam bingkai persaudaraan, sehingga tercipta suasana romantis yang berakhir dengan kenangan manis.

Belum lagi, penyediaan konsumsi yang memperdayakan ibu-ibu lokal setempat, sehingga suguhan kuliner yang khas, menambah energi dalam bernalar secara logika.

Di akhir catatan sederhana ini, saya banyak menghaturkan terima kasih kepada Walhi dan semua pihak yang terlibat. Khususnya kawan-kawan angkatan ke 2 GSM Sulteng. Harapanku out put dari kegiatan GSM ini mampu mencetak kader-kader progresif yang bicara tentang Lingkungan hidup.

Sampai ketemu di GSM selanjutnya kawan-kawanku, senyuman kalian akan selalu terbayang dalam tidurku. Hingga menjadi bunga mimpi yang tergores dalam catatan harianku.

Salam Adil dan Lestari
Samsir (sam) Peserta GSM Dari Luwuk Banggai.

Facebook
Twitter

Tinggalkan Komentar Anda :